Rabu, 13 Januari 2010

Sinar, Anak Kelas 1 SD Penopang Hidup Bunda yang Lumpuh


[FAJAR-ONLINE] ~ Seorang gadis cilik bernama Sinar tidak bisa merasakan keceriaan anak sebayanya. Dia harus banting tulang memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus mengurusi ibunya yang terbaring lumpuh di rumahnya. Meski begitu, Sinar tetap berusaha bisa bersekolah.

Warga Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, berusia enam tahun itu setiap hari menjalani rutinitas layaknya orang dewasa demi ibunya, Murni, yang sudah dua tahun terbaring lumpuh. Ayahnya, Anwar, yang sudah tiga tahun merantau ke Malaysia hingga kini tidak jelas kabarnya. Sedangkan tiga kakak dan dua adik Sinar tinggal di rumah nenek dan kerabatnya.

Di gubuk berukuran tidak lebih dari 4 x 6 meter yang berlokasi jauh dari permukiman, Sinar hanya berdua dengan ibunya. Ayahnya Anwar tidak pernah memberi kabar hingga kini. Tiga kakak dan empat adik Sinar, tinggal terpisah-pisah di rumah nenek dan kerabatnya.

Setiap hari, Sinar harus bangun pagi membereskan kebutuhan ibunya sebelum berangkat ke sekolah. Untuk memandikan ibunya, Sinar harus mengangkat air dari sumur ke atas rumah. Demikian untuk membersihan kotoran. Murni samasekali tidak bisa menggerakan kedua kakinya.

Sulit membayangkan beban yang harus dipikul murid kelas I SD tersebut yang berperan layaknya orang dewasa. Sinar mengaku kerap terpaksa tidak ke sekolah atau bolos karena harus mengusahakan bahan makanan, khususnya beras dengan meminta bantuan pada kerabat atau tetangga.

“Biasa saya tidak ke sekolah kalau sudah kehabisan beras,” akunya polos, Minggu 6 Desember 2009. Saat itu, Sinar tekun merawat ibunya dengan memijat kaki dengan mengoleskan bekas minyak goreng. Murni mengungkapkan kesedihan, melihat Sinar harus membanting tulang setiap hari untuk merawat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hidup Dari Belas Kasihan
Mengonsumsi nasi tanpa lauk, sudah menjadi kebiasaan ibu dan anak malang tersebut. Keduanya, sangat bersyukur kalau bisa makan nasi dan mencicipi garam untuk sekadar mengurangi rasa hambar. Murni dan Sinar, kerap pula meminum air tajin (bekas pencucian beras), sekadar mengatasi kesulitan air minum yang harus diambil dari sungai.

“Saya jarang minum susu. Air ini (warnanya) sama dengan susu,” ujar Sinar, seakan menghibur diri demi baktinya pada bunda. Kondisi kehidupan Murni dan anaknya, bukannya tidak ada yang mengetahui. Menjelang pilkada, pemilu legislatif hingga pilpres, gubuk Murni tidak luput dari perhatian tim kampanye yang menjanjikan memberi perhatian.

Di gubuk yang tidak mempunyai dinding bagian belakang, terlihat beberapa poster peserta pemilu yang lalu. Keluarga miskin tersebut, sangat berharap kepedulian. Selain kesembuhan penyakit lumpuh yang diderita Murni, juga untuk pendidikan kebutuhan Sinar menikmati pendidikan.

Kisah gadis kelas 1 SD ini menyentuh hati jutaan pemirsa di tanah air. Melalui acara Espresso di awal tahun 2010, kanal Trans7 menayangkan perjalanan anggota kelompok musik ST12, Charly, mencari si cilik Sinar ke desanya di pedalaman Sulawesi. Adi bintang musik pop ini menemukan Sinar dan dengan penuh haru mempersembahkan sebuah gubahan lagu untuknya dan bermalam di rumah anak itu. Liputan media sejak akhir November 2009 terus melambungkan nama Sinar ke seluruh negeri sebagai tauladan bhakti anak pada orangtua.

sumber >> Bocah Banting Tulang Rawat Ibu Lumpuh, Cerita Memilukan dari Polman (m danial/FajarOnline/08des2009) + Espresso Trans7/02jan2010
foto-foto >> tayangan SCTV Nov2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar